Rabu, Oktober 22, 2008

PKS Atur Siasat Rebut Kursi RI-1

Ahluwalia & Herry Nugroho
INILAH.COM, Jakarta – Akhir pekan ini, Dewan Syuro PKS bakal berkumpul di Jakarta. Salah satu bahasannya adalah soal calon presiden dari partai yang tengah bersinar ini. Hidayat Nur Wahid, Adhyaksa Dault, dan Tifatul Sembiring mengerucut.

Di kalangan aktivis, pengurus, dan elit Dewan Syuro Partai Keadilan Sejahtera berkembang gagasan mengajukan calon presiden dan wapres pada Pemilihan Presiden 2009. Gagasan ini memiliki resonansi di daerah-daerah.

Kabarnya, tiga kader PKS dielus-elus untuk maju tanding dalam perebutan kursi RI-1 itu. Mereka, ya Hidayat, Adhyaksa, dan Tifatul. Nama-nama ini termasuk yang akan dibicarakan Dewan Syuro yang bertemu pada 24-26 Oktober ini.

Kaderisasi partai ini memang berjalan lebih baik dibanding beberapa partai lain. Citra partai ini juga terus menaik. Tampilnya para politisi muda berpendidikan, mengusung moral (Islami), kepedulian sosial, dan beberapa kegiatan dengan cara damai, telah menjadi daya tarik tersendiri terhadap partai ini.

Diperkirakan, perolehan suara partai ini akan naik dibanding Pemilu 2004. Target 20% bisa mungkin tercapai. Minimal, PKS disebut-sebut bakal mengantongi 10% suara.

Jika perolehan suara PKS mendekati 15%, kemungkinan partai ini sudah akan mengusung capres sendiri dengan mengajak partai lain berkoalisi. Petinggi PKS menyebut mereka baru akan mengajukan capres jika perolehan suara Pemilu legislatif mencapai 20%. Bahkan, dengan perolehan sedikit di atas 10% saja, PKS pun bisa jika berkoalisi dengan partai lain.

Tiga tokoh yang disebut-sebut, memang figur terbaik PKS saat ini. Hidayat, Ketua MPR, mantan Presiden PKS. Master dan doktor studi Islam Universitas Madinah, Arab Saudi, ini memiliki pengalaman dan jaringan yang kuat.

Pengalaman dan jaringan Adhyaksa, doktor teknik kelautan lulusan IPB dan master sosiologi dari UI, juga kuat. Dia dipandang memiliki pergaulan luas dan popularitas menonjol.

“Adhyaksa Dault bakal jadi kuda hitam di PKS,” kata pengamat politik, M Qodari dari Indo Barometer. Dalam berbagai survei LSM, Adhyaksa jadi kader PKS paling populer.

Akan halnya Tifatul, memang baru mencuat setelah menjadi Presiden PKS. Alumnus Universitas Trisakti ini mulai diperbincangkan meski belum pengalaman di pemerintahan.

Sejauh ini, baru Dewan Pimpinan Wilayah PKS Provinsi Gorontalo yang secara tegas mengusulkan dua nama untuk menjadi calon presiden dalam Pemilu 2009. Dua nama yang diusulkan kepada Majelis Syuro tersebut yakni Nur Wahid dan Adhyaksa sekaligus sebagai capres dan cawapres.

“Memang hak menetapkan capres bukan ada di DPW, tapi di Majelis Syuro. Namun kami ingin mengakomodir suara dari seluruh elemen PKS hingga ke akar rumput,” kata Ketua DPW PKS Gorontalo, Abdurahman Bahmid.

Dua figur yang diusulkan tersebut, karena keduanya merupakan keinginan kader akar rumput PKS di Gorontalo. Keduanya pun memiliki kapasitas persyaratan menjadi seorang pemimpin. Keduanya muda, energik, dan sama-sama memiliki prestasi, dan serius dalam bekerja di sektor pemerintahan dan kenegaraan.

Prestasi dan komitmen Nur Wahid sejauh ini telah teruji. Dia figur yang membangun PKS, dari partai dengan 1% suara menjadi 7% lebih.

Sementara, Adhyaksa yang selama ini telah bergelut dalam pemerintahan sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, tegas dan berani. Posisinya yang pernah memimpin KNPI menjadi salah satu alasan obyektif mengusulkan tokoh tersebut.

Alasan memilih keduanya sangat obyektif dan secara kebetulan keduanya juga terdiri dari Jawa dan non-Jawa. Nur Wahid dari Jawa dan Adhyaksa juga masih keturunan Gorontalo dan Sulsel. Adhyaksa dan Nur Wahid sama-sama rendah hati dan menyatakan semua pencalonan itu diserahkan kepada Allah Swt dan Dewan Syuro PKS. [I4]

Tidak ada komentar: