Rabu, November 26, 2008

TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA DI TPS

Jakarta, kpu.go.id Pada Pemilihan Umum Legislatif 2009, terdapat perbedaan dengan Pemilu Legislatif sebelumnya dalam hal pemberian suara yang dilakukan oleh Pemilih yaitu dari sebelumnya mencoblos surat suara menjadi memberi tanda satu kali pada surat suara.

Untuk memenuhi Pasal 153 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, KPU telah mengeluarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 35 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara dalam pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/kota Tahun 2009.

Dalam Pasal 40 dalam peraturan KPU tersebut dinyatakan sebagai berikut:
(1) Suara pada surat suara Pemilu anggota DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota, dinyatakan sah apabila :
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS;
b. bentuk pemberian tanda adalah tanda centang (√) atau sebutan lainnya;
c. pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan hanya satu kali pada kolom nama partai atau kolom nomor calon atau kolom nama calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
d. sudut tanda centang (√) atau sebutan lainnya terdapat di dalam kolom nama partai politik, walaupun ujung garis tanda centang (√) melewati garis kolom nama partai politik; atau
e. sudut tanda centang (√) atau sebutan lainnya terdapat pada kolom nomor urut calon atau kolom nama calon, tetapi bagian akhir garis tanda centang (√) atau sebutan lainnya melampaui kolom nomor urut calon atau kolom nama calon.

(2) Suara pada surat suara Pemilu anggota DPD, dinyatakan sah apabila:
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS; dan
b. bentuk pemberian tanda adalah tanda centang (√) atau sebutan lainnya;
c. pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan hanya satu kali pada kolom foto salah satu calon anggota DPD;
d. sudut tanda centang (√) atau sebutan lainnya terdapat di dalam kolom foto salah satu calon Anggota DPD, walaupun ujung garis tanda centang (√) atau sebutan lain melewati garis kolom foto salah satu Anggota DPD.

Untuk Lebih Lanjut Klik disini Peraturan KPU No. 35 Tahun 2008

Minggu, November 16, 2008

Indra J Piliang: Belum Saatnya Soeharto Dijadikan Pahlawan

Jakarta - Calon anggota legislatif Partai Golkar Indra J Piliang menilai saat ini bukan waktu yang tepat untuk menjadikan mantan presiden Soeharto sebagai pahlawan nasional.

"Belum cukup waktu dan belum saatnya untuk melihat Soeharto untuk dijadikan pahlawan nasional karena jaraknya masih dekat dengan kita. Mungkin di generasi berikutnya bisa saja," ujar Indra.

Hal itu disampaikan Indra yang sebelumnya berprofesi sebagai pengamat politik dan peneliti CSIS di sela-sela acara pengukuhan guru besar IPDN di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, Sabtu (15/11/2008).

Meski tidak setuju Soeharto dijadikan pahlawan, Indra menilai iklan PKS yang menampilkan sejumlah tokoh banga tidak ada persoalan. Plus minusnya tergantung pandangan masyarakat.

"Iklan politik seperti itu sah-sah saja. Sudah saatnya, kita berfikir ikon Soekarno bukan milik PDIP saja. Hasyim Asy'ari bukan milik NU saja. Itu pemikiran sempit yang harus diubah. Mereka tokoh bangsa, mereka diklaim oleh salah satu partai. Ini menunjukkan politik figur sangat kuat. Bukan politik ketatanegaraan yang diutamakan," papar dia.

Menurut dia, iklan PKS justru sukses. "Politik itu persepsi, berarti iklan itu masuk ke persepsi politik seseorang. Menurut saya itu iklan yang sukses," cetus dia.(aan/iy)

Jumat, November 14, 2008

Siapa Menggunting Adhyaksa?

INILAH.COM, Jakarta – Belakangan ini PKS menjadi sasaran kritik dari berbagai golongan dan organisasi pergerakan. Iklan-iklan mereka mengundang kontroversi, termasuk iklan kader mereka, Adhyaksa Dault. Ada yang saling menggunting?

Pekan ini, iklan Sumpah Pemuda yang dilakukan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault dikritik Pemuda Muhammadiyah. Bahkan Ketua Pemuda Muhammadiyah, Muhammad Izzul Muslimin melaporkan Adhyaksa ke Bawaslu pada Kamis (13/11).

Alasan Izzul, Adhyaksa dinilai memanfaatkan fasilitas negara sebagai Menegpora. Adhyaksa adalah kader Muhammadiyah yang bergiat di PKS.

“Saya prihatin. Izzul Muslimin sudah saya anggap adik saya sendiri. Dia sering bertemu saya. Kadang saya berpikir, apa maunya. Bukankah saya juga kader Miuhammadiyah, tapi kenapa dia tega melakukannya,” kata Adhyaksa kepada INILAH.COM, Jumat (14/11).

Para pengamat dan aktivis PKS mengingatkan Izzul bahwa Pemuda Muhammadiyah dan organisasi di bawah Muhammadiyah sudah sering memperoleh bantuan dana dari Menegpora. Namun, kenapa begitu tega melaporkannya ke Bawaslu?

Apalagi, Adhyaksa adalah kader Muhammadiyah. Pada akhirnya, kesan yang muncul adalah adanya saling sikut dan saling gunting di kalangan politisi Muhammadiyah yang aktif dan berpencar di berbagai parpol.

“Menegpora beriklan sesuai UU dan aturan yang berlaku. Langkah Pemuda Muhammadiyah itu tidak etis. Atau mungkin ia mencoba memanfaatkan sebagai upaya menarik perhatian,” kata Moh Shofan, seorang pengamat Islam dan politik dari sayap muda Muhammadiyah.

Di kalangan Muhammadiyah, manuver Izzul membuat para kader dan aktivis Muhammadiyah terbelah. Ada yang setuju, tak sedikit yang kontra. Pasalnya, Adhyaksa adalah kader Muhammadiyah.

Tak terima dengan langkah Pemuda Muhammadiyah itu, kalangan PKS membela Menegpora dengan tegas. “Itu hal yang lumrah. Dalam iklan tersebut, Adhyaksa berkapasitas sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga. Jadi, tidak ada masalah,” kata Ketua Fraksi PKS, Mahfudz Siddieq.

Kemenegpora merupakan kementerian negara yang berkepentingan soal kepemudaan. Apalagi, acara perayaan Sumpah Pemuda yang diselenggarakan Adhyaksa dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Seharusnya, Pemuda Muhammadiyah juga menggugat menteri yang berasal dari parpol lain seperti, Mendiknas Bambang Sudibyo yang dari PAN dan Menteri UKM dan Koperasi Suryadarma Ali (PPP).

“Kalau perlu sekalian menteri yang orang partai digugat, biar bareng-bareng. Jadi Muhammadiyah jangan diskriminatif, hanya karena PKS saja,” pungkas Mahfudz.

PKS memang proaktif dalam beriklan belakangan ini dengan maksud memikat publik. Berdasarkan teori Sean Covey dalam bukunya The 7 Habbits of Highly Effective Teens yang menyingkapkan pentingnya sikap proaktif dan kreatif, PKS sebagai partai Islam diperhitungkan akan menuai kesuksesan di Pemilu 2009 dan masa-masa yang akan datang.

Teori Sean Covey memang bersifat umum. Artinya, siapapun bisa dan berhak untuk sukses asal memenuhi ‘hukum sukses’ Sean Covey. Dan para analis politik melihat PKS sudah memenuhi kualifikasi itu.

Serangan atas iklan Adhyaksa adalah kecemburuan lain atas manuver Adhyaksa yang politisi PKS. Padahal, Menegpora tidak beriklan politik sebagai anggota PKS, melainkan untuk bangsa ini sesuai peran dan fungsinya sebagai Menegpora, sebuah jabatan publik yang mesti mementingkan urusan masyarakat. [I4]

Keluarga Pahlawan Sambut Manuver PKS

INILAH.COM, Jakarta – Partai Keadilan Sejahtera bermanuver lagi. Sementara kecaman terhadap iklan politiknya belum reda, parpol Islam itu berencana menggelar dialog dengan keluarga para pahlawan nasional dalam forum silaturahmi.

Sejumlah nama yang terdaftar dalam undangan silaturahmi PKS yang akan digelar dalam waktu itu antara lain adalah Bambang Sulistomo, Meutia Hatta, Ferhath Nauzil Nazief (cucu KH Ahmad Dahlan), Agustanzil Sjahroenzah (cucu KH Agus Salim), Bugiakso (putra Panglima Besar Sudirman), dan Cahyo (putra Jenderal Gatot Subroto).

Beruntung, gayung pun bersambut. Manuver politik PKS menjelang Pemilu 2009 itu ditanggapi positif oleh salah seorang putra pahlawan nasional Bung Tomo, yaitu Bambang Sulistomo. "Saya akan hadir memenuhi undangan PKS," kata Bambang di Jakarta, Jumat (14/11) malam.

Bambang memuji rencana PKS itu sebagai sebuah gagasan cemerlang, karena dapat memanfaatkan momentum peringatan Hari Pahlawan 10 November dan dapat mengobati kerinduan masyarakat terhadap nilai-nilai patriotik dari para pahlawan di tengah krisis multidimensi saat ini.

Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) dari Partai Aliansi Demokrasi Indonesia (PADI) itu berharap acara itu dapat dijadikan tolok ukur bagi bangsa ini untuk kembali merefleksikan dan mengingat nilai perjuangan para pahlawan.

Ia tidak menutup kemungkinan bahwa rencana PKS itu memiliki agenda politik dan partai politik memang perlu jeli dalam memanfaatkan momentum.

Namun, Bambang yang sudah pensiun dari dunia politik itu menilai rencana PKS wajar bahkan positif bagi bangsa ini agar bisa mengambil hikmah perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan. [*/P1]

Sadar Berkat Iklan PKS

PKS diserang dari berbagai golongan terkait dengan iklannya yang dikatakan ‘menjual’ nama para pahlawan. Beberapa di antaranya menuduh PKS telah mempolitisir para pahlawan untuk kemenangan sesaat.

Benarkah tuduhan itu? Jawabannya adalah tergantung siapa yang ditanya. Bagi para elit yang kecolongan mungkin iya, tapi bagi masyarakat bawah mungkin tidak. Karena mereka bisa mengambil manfaat dan ilmu dari iklan itu.

Bagi saya, saya tidak peduli para pahlawan diduga dipolitisir atau tidak, yang jelas bahwa iklan itu bermanfaat dan mengandung ilmu sehingga kita makin cinta pada para pahlawan setelah memahami pemikiran mereka.

Para pahlawan sekarang ini jarang sekali disinggung, mereka dilupakan apalagi diikuti dan dilanjutkan pemikirannya. Saya kaget dan termenung melihat iklan PKS di tivi. Saya baru tahu bahwa pemikiran para pahlawan begitu luhur dan layak ditiru.

Selama ini di sekolah kita menghafal para pahlawan sekadar dari mana asalnya, berjuang tahun berapa, dan seterusnya sekadar untuk ujian, namun tidak kepada pemikirannya yang luhur dan bermanfaat.

Oleh karenanya saya baru sadar, baru ngeh ternyata, Soekarno pernah mengatakan "Aku adalah budak bagi rakyatku sendiri", KH Ahmad Dahlan pernah mengingatkan bahwa Pemimpin itu sedikit bicara tapi banyak bekerja, KH Hasyim Asyari pernah menasehatkan bahwa pemimpin jangan hanya memberikan jargon kosong tanpa bukti nyata, dan M Natsir mengimbau Pemimpin harus jujur mau menerima kritik dan saran.

Selama ini hanya gambar mereka yang dipajang sebagai hiasan yang lama kelamaan makin tua dan berdebu.

Saya salut dengan PKS. Kalau PKS tidak mengiklankan para pahlawan itu, mungkin sampai saat ini saya tidak tahu pemikiran besar mereka, pemikiran yang kini sangat diperlukan untuk melahirkan pemimpin Indonesia yang lebih baik.

Beberapa kelompok yang mengaku dilahirkan dari para pahlawan itu tidak pernah memberikan apa cita-cita besar pendirinya, tidak ada sharing pemikiran besar para pahlawan yang telah melahirkannya.

Meski orang tua dan Mbah saya adalah orang NU, namun saya tidak menyalahkan mereka ketika mereka tidak menjelaskan tentang pemikiran besar KH Hasyim Asyari, karena mereka mungkin juga tidak mengetahui karena tidak pernah sekolah. Sekarang saya makin cinta kepadamu para pahlawan.

Oleh karena itu, saya berterima kasih pada PKS, partai cerdas. Berkat Anda, kini aku tahu pemikiran besar para pahlawan bangsa.

Sayangnya di iklan kedua Anda, hanya gambar-gambarnya saja yang ditonjolkan. Untuk seterusnya, buktikan bahwa Anda memang konsisten mendidik dan menjadi guru masyarakat dan mungkin juga guru bagi partai lainnya.

Zamkofa Anwar, zamkofa@gmail.com

Rabu, November 12, 2008

Iklan PKS Kembali Menuai Kontroversi

Liputan6.com, Jakarta: Iklan kampanye politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kembali menuai kontroversi. Kali ini sosok mantan Presiden Soeharto dimunculkan sebagai figur pahlawan dan guru bangsa. Padahal hingga kini sosok Soeharto termasuk tokoh yang banyak mengundang perdebatan.

Saat ditemui SCTV, Rabu (12/11), Anis Matta, Sekretaris Jenderal PKS sekaligus Ketua Tim Pemenangan Pemilu 2009 membeberkan alasannya. "PKS ini partai dakwah. Tujuan kami melakukan perubahan. Perubahan hanya mungkin dilakukan jika kita tidak punya dendam dengan masa lalu," kata Anis Mata.

Pengamat politik menilai iklan yang mencomot gambar Soeharto ini sebagai langkah strategis mendulang suara di pemilu nanti. Sementara Praktisi periklanan menganggap iklan PKS sebagai manuver politik yang jitu. "Mereka [PKS] cerdas memanfaatkan suatu yang tak dilirik sama partai lain," kata Ndang Sutisna, praktisi periklanan.

Sosok mantan penguasa Orde baru ini memang sarat muatan politik. Namun makin sering iklan PKS diperbincangkan semakin banyak partai yang berlandaskan Islam ini menangguk keuntungan dengan segala pro dan kontra di balik sosok Soeharto.(JUM/Bimo Cahyo dan Johny Marcos)