Rabu, Desember 24, 2008

Bisakah Kita (Ummat) Bersatu?

Menyambut Tahun Baru 1430 Hijriyah
Oleh: TIFATUL SEMBIRING
PRESIDEN PKS

Tahun baru hijriyah diyakini banyak pemikir Islam sebagai tahun kebangkitan Islam, bahkan menjadi titik balik kemenangan perjuangan Rasulullah saw. dan para shahabat. Setiap tahun kita memperingati tahun baru Islam ini, namun sudahkah secara substansial ada pencerahan di tubuh ummat dengan berlalunya tahun baru demi tahun baru? Sudahkah semangat energizing berhasil kita serap dari momentum yang menjadi titik balik kemenangan tadi…?. Masih banyak permasalahan ummat yang belum tuntas kita upayakan solusinya, termasuk masalah persatuan ummat dan pemunculan sosok-sosok pemimpin yang berkualitas.

Perpecahan selalu membawa malapetaka dan kerusakan besar di tengah-tengah ummat. Kurang percayakah kita? Kurang yakinkah kita setelah demikian banyak bukti sejarah memberi pelajaran? Perpecahan, perselisihan di perang Uhud misalnya, mengakibatkan gagalnya kemenangan yang semula sudah diraih. Rasulullah saw. tembus di pipinya karena dilempari dengan pecahan besi, yang ketika dicabut menyebabkan dua gigi beliau patah. Bahkan ketika para sahabat memapah beliau ke tempat yang lebih tinggi, Rasulullah saw terperosok ke dalam lubang jebakan yang berisi senjata tajam, sehingga paha beliau sobek dan jatuh pingsan karena begitu banyaknya darah yang keluar.

Kurang yakinkah kita akan efek dari perpecahan? Tengoklah perang Shiffin yang disebabkan oleh konflik antara Ali dan Mu’awiyah. Perang yang menelan korban 80.000 muslimin. Sebuah tragedi kelam dalam sejarah Islam. Belum paham jugakah kita bagaimana pedihnya perpecahan? Di Iraq, ratusan orang menjadi korban ketika kaum Syi’ah menyerang kaum Sunniy. Selanjutnya kaum Sunniy menyerang kaum Syi’ah sehingga meninggal pula sejumlah orang, dan seterusnya tak berkesudahan. Padahal sunniy bukanlah musuh syi’ah dan syi’ah bukanlah musuh sunniy? Musuh mereka adalah sang penjajah Amerika.
Belum sadarkah kita tentang apa yang terjadi di Palestina? Ketika Presiden Palestina—Mahmud Abbas—berkunjung ke Indonesia dan mengundang untuk berdiskusi, dengan tegas saya sampaikan kepada beliau, bahwa bangsa Palestina tidak akan meraih kemenangan kecuali mereka bersatu melawan Israel.
Benarlah kata Imam Ali dalam pesannya, “Kebenaran yang tidak terorganisir akan dapat dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir”.

Sesungguhnya modal kita untuk bersatu sangat sederhana. Ialah ketika kita sepakat untuk mengucapkan “Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadurrasulullah”. Bagi kami, ketika seseorang menyatakan komitmennya untuk taat pada Allah dan Rasul-Nya, cukuplah itu. Soal fiqh, furu’, cabang-cabang, pendapat, mari kita bicarakan, mari kita diskusikan, mari kita perdalam. Wong niatnya sama-sama mau masuk surga kok, kenapa harus cek-cok?


TANTANGAN & VISI KE DEPAN

Sebetulnya apakah persoalan pokok ummat? Agenda mendesak apa yang perlu kita selesaikan bersama? Hal terberat yang sedang dihadapi ummat kini adalah kemiskinan, yang nyaris mendekatkan mereka kepada kekufuran. Ada beberapa contoh kasus, di Bandung misalnya, seorang Ibu(berkerudung pula) sampai hati membunuh anaknya karena khawatir anak-anaknya miskin. Juga di Makassar, seorang Ibu yang sedang hamil meninggal karena kelaparan. Tiga hari dia tidak makan, demikian pula anak-anaknya.
Kelemahan ekonomi ummat adalah penyebabnya. Hingga saat ini kemampuan ummat untuk berekonomi belumlah memadai. Bagai menjadi budak di negeri sendiri. Baik dari sisi akses terhadap sumber daya maupun skill-nya. Ekonomi masih dikuasai oleh sistem, konvensional ribawi. Lalu datanglah krisis ekonomi, masalah semakin berat. Akibatnya langsung dapat dilihat. Untuk menyelamatkan keluarga, para gadis dan ibu-ibu berangkat menjadi TKW diluar negeri. Dimana ‘izzah ummat ?, martabat bangsa. Begitu kerap kita mendengar kasus-kasus yang menyayat hati: ada yang diperkosa, dihukum mati, ada yang terjun dari tingkat empat lantaran tidak tahan disiksa majikan. Dan kita tidak mampu melindungi mereka.
Masalah moral juga menorehkan catatan menyedihkan. Kita dapati tokoh-tokoh muslim yang namanya seperti nama Nabi, seperti gelar Nabi, seperti nama orang sholeh namun ditangkap KPK. Mereka menjadi harapan ummat, menyandang nama terpercaya, namun ternyata korupsi. Seberapa kuatkah komitmen moral kita? Moral Islam.

Agenda berikutnya adalah pendidikan. Soal penyiapan SDM unggul, yang dapat diandalkan menjalankan roda pembangunan ummat. Apalagi persiapan kepemimpinan nasional dimasa mendatang. Sekarang saja, bangsa besar ini seperti kebingungan mencari calon pemimpinnya. Kita masih saling bertanya satu sama lain, padahal kita berdoa “waj’alna lil muttaqiina imaman”. Kita mohon pada Allah swt. agar menjadikan anak-anak kita sebagai pemimpin orang-orang bertaqwa.
Memang kita memiliki banyak pesantren. Namun setelah kami riset, pesantren-pesantren tersebut dapat kita bagi dalam dua kategori. Kategori pertama adalah pesantren yang memiliki metode pengajaran dan kurikulum bagus, namun sarananya amat memprihatinkan. Di sebuah pesantren kami pernah menemukan sebuah ruang 3x4 m2 yang dihuni oleh 30 anak. Sanitasinya tidak terawat, bak penampung air mandi yang tak pernah diganti sehingga menyebabkan penyakit kulit. Bahkan ada sebuah pemeo, tidak sah menjadi santri kalau tidak kudisan.
Kelompok kedua adalah pesantren yang memiliki sarana bagus, namun kurikulumnya tidak memiliki keunggulan. Penyiapan kwalitas SDM ummat ini perlu pembenahan, dengan sinergi dan persatuan dan keuatan bersama tentunya.


SIAPA YANG HARUS BERBUAT?

Dalam konteks ummat Islam Indonesia setiap orang tentu merujuk kepada NU dan Muhammadiyyah dengan segenap elitenya. Pertanyaannya adalah, bisakah kita menurunkan tensi jurang pemisah. Saling adzillatin, menjalin tali asih. Saling merendah dan bukannya saling gengsi. Bisakah kita sesama ummat BERHENTI saling mencurigai(su’uzhan), saling mengintai(wa laa tajassasu), saling membelakangi dan saling menggunjing(ghibah). Kita membutuhkan persatuan dalam kesejukan ikatan kasih sayang persaudaraan. Bila bersatu, maka kita akan kuat dan insya Allah sanggup untuk menghadapi kekuatan kebathilan apapun bentuknya.

Sangat mungkin dan sangat layak ummat ini bersatu. Pak Din, Pak Hasyim dan Pak Hidayat—tokoh-tokoh harapan ummat--sama-sama alumni Gontor dan sama-sama menduduki posisi strategis. Dengan seringnya tokoh-tokoh yang dicintai ummat ini bersilaturahim, syak wasangka akan terhapus, keakraban akan kian kokoh dan berbagai pemikiran untuk kemajuan ummat dan bangsa akan mengalir deras. Terbayang betapa bahagia dan sejuknya hati ummat menyaksikan para pemimpinnya kokoh bersatu. Sesuatu yang sudah amat kita rindukan.

Tak ada ghill secuilpun dari kami terhadap NU dan Muhammadiyyah. Kami tidak memiliki rencana negatif apapun terhadap saudara-saudara kami NU dan Muhammadiyyah. Kami bergerak di ranah politik, sama dengan saudara-saudara kami parpol Islam lainnya. Membenahi eksekutif dan legislatif, mengadvokasi ummat di ranah pembuatan kebijakan publik. Bila perjuangan di ranah politik ini mendapat dukungan dari saudara-saudara kami yang lain, khususnya ormas-ormas, tentu kita akan memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.
Demikianlah harapan kita, ummat ini menjadi kuat, karena kita saling merunduk, saling merangkul, bagaikan satu tubuh. Sehingga kita (ummat) ini bisa dan harus bersatu untuk maju. Selamat Tahun Baru 1430 Hijriyah !

Rabu, Desember 17, 2008

PKS Bantu Korban Aksi Pembakaran

INILAH.COM, Depok - Dewan Pimpinan Daerah PKS Kota Depok memberikan bantuan kepada para korban yang rumahnya menjadi sasaran pembakaran orang tak dikenal. Bantuan ini diberikan sebagai wujud solidaritas dan keprihatinan pengurus PKS atas nasib korban.

"Kami memberikan bantuan uang tunai kepada para korban," kata Ketua DPD PKS Kota Depok Mujtahid Rahman Yadi, di Depok, Rabu (17/12) petang.

Pengurus PKS Depok langsung memberikan bantuan uang tunai kepada keenam korban pembakaran, khususnya terhadap mantan ketua DPR atau ranting PKS kelurahan Kemiri Muka, Agus Purwanto, yang rumahnya paling parah mengalami kerusakan.

Menurut Yadi bantuan tersebut merupakan wujud simpatik dan keprihatinan yang dialami para simpatisan dan kader atas kasus pembakaran oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Ia mengatakan, untuk meringankan beban penderitaan para simpatisan dan kader, para kader PKS Depok akan melakukan aksi gotong royong pada Minggu (21/12). "Para kader akan memperbaiki kerusakan yang dialami seperti mengecat kembali tembok dan memperbaiki kerusakan listrik," katanya.

Kantor DPD PKS Kota Depok di Jalan Beringin, Margonda Raya dan enam rumah anggota dan simpatisan PKS, di Jalan Ciliwung, Margonda Raya, Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat dibakar oleh orang yang tidak dikenal.

Seperti diberitakan, Kantor DPD PKS Kota Depok dibakar pada Sabtu (13/12) sekitar pukul 10.00 WIB. Akibat terbakarnya kantor tersebut sebanyak 150 buah atribut parpol berupa bendera musnah, dan kusen ruangan, dinding ruang rapat PKS, serta alat pendingin ruangan rusak terbakar.

Aksi pembakaran tersebut terjadi kembali pada Senin (15/12) pukul 04.00 WIB, di Jalan Ciliwung. Tempat pertama adalah dua warung kelontong milik simpatisan PKS, milik Arjun Nasution dan Didi.

Selanjutnya adalah rumah mantan Ketua Dewan Pimpinan Ranting (DPRA) Kemiri Muka, PKS Kota Depok, Agus Purwanto dan rumah mantan anggota DPR-RI tahun 1999-2004, Abdul Rokib juga tidak lepas dari aksi tersebut.

Rumah lainnya yang dibakar adalah rumah milik dua kader PKS yang tidak jauh dari rumah Ketua DPD PKS Kota Depok tersebut. Aksi pembakaran tersebut dilakukan secara bersamaan pada subuh.

Lebih lanjut Yadi mengatakan setelah kejadian tersebut banyak kader dan pengurus partai yang menanyakan kronologis kejadian. "Saya memberikan penjelasan secara rinci kepada para kader PKS dari daerah lain," katanya.

Dikatakannya para pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Jawa Barat dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS juga banyak menanyakan kejadian tersebut. "Saya sudah kirimkan laporan kronologis kepada DPW dan DPP PKS, termasuk analisa-analisa kejadian," ungkapnya.

Yadi juga mengimbau para kader dan simpatisan untuk bersikap sabar dan tetap tenang menghadapi kasus tersebut. "Jangan sampai kita terpancing dengan adanya kasus tersebut, sehingga bisa memperkeruh suasana," katanya.

Untuk mengungkap kasus tersebut pihaknya masih memperdalam saksi-saksi yang melihat secara langsung kejadian tersebut, namun informasi yang diperoleh masih terlalu minim.

"Perlu mendapat informasi tambahan yang lebih lengkap agar kasus tersebut bisa terungkap," harapnya.

Aparat kepolisian Kota Depok mengamankan seorang wanita yang diduga melakukan pembakaran, dan memeriksanya secara intensif. namun wanita tersebut diduga tidak waras karena ketika ditanya jawabannya selalu tidak logis.

Yadi pun menyangsikan kasus pembakaran tersebut dilakukan orang yang tidak waras, karena tidak mungkin wanita tidak waras melakukan pembakaran di enam titik secara bersamaan. [*/P1]

PKS Ragukan Survei LSN

Abdullah Mubarok
Tifatul Sembiring
(inilah.com/ Raya Abdullah)

Dikatakan telah terjadi pergeseran ideologi, PKS malah meragukan survei LSN. Seharusnya PKS berada di urutan ketiga di bawah partai Golkar dan PDIP.

"Saya ragukan hasilnya itu karena agak berbeda dengan survei-survei yang menempatkan PKS di urutan ketiga," kata Presiden PKS Tifatul Sembiring saat dihubungi INILAH.COM, Jakarta, Kamis (18/12).

Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry mengatakan kecenderungan pragmatisme yang dikembangkan PKS belakangan ini tampaknya dapat menjadi bumerang bagi ambisinya untuk menjadi partai papan atas. PKS pada Pemilu 2004 meraih 8.325.020 suara atau 7,34 persen dan menempatkan 45 wakilnya di DPR. Tahun 2009, diperkirakan tidak akan memperoleh suara di atas 10 persen (17/12).

Dengan begitu, PKS yang semula diperkirakan banyak pengamat dapat menjadi penantang serius bagi Partai Demokrat, PDIP dan Partai Golkar, terpaksa harus mengubur ambisinya.

Tifatul mempertanyakan pragmatisme seperti apa yang dimaksud oleh Umar S Bakry. Sampai saat ini, PKS tidak pernah tidak pernah berubah sebagai partai dakwah yang berasaskan syariat Islam.

"Pragmatisme itu kan berhubungan dengan materi. Jika kita dikatakan pragmatis karena pemberian gelar kepada mantan presiden Soeharto, hal itu tidak benar. Masak kita nggak boleh peringati hari Pahlawan," paparnya. [bar]

Selasa, Desember 09, 2008

PKS dan Bonsai Politik

Awalnya ada sedikit keraguan tentang ketulusan PKS dalam berpolitik. Dengan tanggapan saudara I Made Artjana dan Ijul Chaniago di inilah.com dan beragam tanggapan yang masuk ke saya lewat email memaksa saya untuk mempelajari platform PKS yang bisa dilihat di website www.pks.or.id.

Membaca platform PKS, rasanya memang agak lain daripada yang lain. PKS terlihat serius dan lebih siap untuk merenovasi rumah besar Indonesia yang hampir roboh. Sebuah karya yang terlihat digarap sangat serius dari berbagai latar disiplin.

Dialog panjang Soekarno-Natsir, buku Di Bawah Bendera Revolusi dan referensi lain yang membahas tentang nasionalisme dan agama dalam beberapa hal, rasanya menjadi kurang relevan untuk memotret 'tingkah polah' PKS. PKS agak sulit dipetakan dalam dikotomi agama dan nasionalis. Bahkan tak kurang pengamat gaek Arbi Sanit pun kebingungan mengidentifikasikan PKS masuk aliran mana. Mungkin ini varian baru dalam peta politik Indonesia.

PKS tidak mau mengikuti rumusan baku agama versus nasionalis. Paradigma lama nasionalis yang 'anti' agama atau partai agama yang tidak nasionalis agaknya memang harus direvisi.

PKS telah mendobrak tidak hanya paradigma dan diskursus nasionalisme, tetapi juga menunjukkan secara nyata penerapan nasionalisme itu sendiri.

Pot bonsai bernama partai agama rupanya hendak dipecahkan oleh PKS. Tentu saja ini tidak mudah, tetapi semuanya sudah dimulai. Ibarat bayi ayam yang akan lahir dan tumbuh besar harus memecahkan selaput keras bernama cangkang telur. Pot bonsai bernama agama itu mulai dipatuk-patuk oleh bayi PKS untuk tumbuh besar meraksasa.

Memang pilihan yang cukup dilematis. Kalau ingin indah dan dipuji-puji banyak orang, tetaplah menjadi bonsai dan menjadi pajangan di banyak event seminar dan keramaian. Tetapi jika ingin besar dan menghasilkan buah, harus siap berhadapan dengan beribu tantangan. Udara luar yang tidak bersahabat, ulat, kutu dan tangan-tangan jahil yang siap menghadang laju berkembangnya pohon PKS. Tantangan dari luar dan dalam pastilah ada, dan harus diselesaikan.

Beruntunglah kita menjadi saksi sejarah, berubahnya suatu partai bonsai menjadi pohon raksasa. Sebuah transformasi yang memerlukan energi dan pengorbanan yang berlipat-lipat. Semoga saja pilihan ini benar-benar disadari oleh segenap elemen PKS. Perubahan ini bukan seperti mempersiapkan pisau roti untuk tamasya, tetapi parang untuk membabat semak belukar yang sudah berurat berakar dan saling berjalin kelindan.

Selamat datang PKS. Selamat datang di negeri pelangi. Rasanya kawan-kawan non muslim mulai harus berani mengikis kecurigaan terhadap partai ini sebagaimana keberanian PKS menembus batas. Mungkin kita tidak perlu sinis, bahkan kitapun masih boleh berharap dan berdoa semoga Tuhan memberkati.

Yacobus Meliala, y.meliala@gmail.com

Rabu, November 26, 2008

TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA DI TPS

Jakarta, kpu.go.id Pada Pemilihan Umum Legislatif 2009, terdapat perbedaan dengan Pemilu Legislatif sebelumnya dalam hal pemberian suara yang dilakukan oleh Pemilih yaitu dari sebelumnya mencoblos surat suara menjadi memberi tanda satu kali pada surat suara.

Untuk memenuhi Pasal 153 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, KPU telah mengeluarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 35 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara dalam pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/kota Tahun 2009.

Dalam Pasal 40 dalam peraturan KPU tersebut dinyatakan sebagai berikut:
(1) Suara pada surat suara Pemilu anggota DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota, dinyatakan sah apabila :
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS;
b. bentuk pemberian tanda adalah tanda centang (√) atau sebutan lainnya;
c. pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan hanya satu kali pada kolom nama partai atau kolom nomor calon atau kolom nama calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
d. sudut tanda centang (√) atau sebutan lainnya terdapat di dalam kolom nama partai politik, walaupun ujung garis tanda centang (√) melewati garis kolom nama partai politik; atau
e. sudut tanda centang (√) atau sebutan lainnya terdapat pada kolom nomor urut calon atau kolom nama calon, tetapi bagian akhir garis tanda centang (√) atau sebutan lainnya melampaui kolom nomor urut calon atau kolom nama calon.

(2) Suara pada surat suara Pemilu anggota DPD, dinyatakan sah apabila:
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS; dan
b. bentuk pemberian tanda adalah tanda centang (√) atau sebutan lainnya;
c. pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan hanya satu kali pada kolom foto salah satu calon anggota DPD;
d. sudut tanda centang (√) atau sebutan lainnya terdapat di dalam kolom foto salah satu calon Anggota DPD, walaupun ujung garis tanda centang (√) atau sebutan lain melewati garis kolom foto salah satu Anggota DPD.

Untuk Lebih Lanjut Klik disini Peraturan KPU No. 35 Tahun 2008

Minggu, November 16, 2008

Indra J Piliang: Belum Saatnya Soeharto Dijadikan Pahlawan

Jakarta - Calon anggota legislatif Partai Golkar Indra J Piliang menilai saat ini bukan waktu yang tepat untuk menjadikan mantan presiden Soeharto sebagai pahlawan nasional.

"Belum cukup waktu dan belum saatnya untuk melihat Soeharto untuk dijadikan pahlawan nasional karena jaraknya masih dekat dengan kita. Mungkin di generasi berikutnya bisa saja," ujar Indra.

Hal itu disampaikan Indra yang sebelumnya berprofesi sebagai pengamat politik dan peneliti CSIS di sela-sela acara pengukuhan guru besar IPDN di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, Sabtu (15/11/2008).

Meski tidak setuju Soeharto dijadikan pahlawan, Indra menilai iklan PKS yang menampilkan sejumlah tokoh banga tidak ada persoalan. Plus minusnya tergantung pandangan masyarakat.

"Iklan politik seperti itu sah-sah saja. Sudah saatnya, kita berfikir ikon Soekarno bukan milik PDIP saja. Hasyim Asy'ari bukan milik NU saja. Itu pemikiran sempit yang harus diubah. Mereka tokoh bangsa, mereka diklaim oleh salah satu partai. Ini menunjukkan politik figur sangat kuat. Bukan politik ketatanegaraan yang diutamakan," papar dia.

Menurut dia, iklan PKS justru sukses. "Politik itu persepsi, berarti iklan itu masuk ke persepsi politik seseorang. Menurut saya itu iklan yang sukses," cetus dia.(aan/iy)

Jumat, November 14, 2008

Siapa Menggunting Adhyaksa?

INILAH.COM, Jakarta – Belakangan ini PKS menjadi sasaran kritik dari berbagai golongan dan organisasi pergerakan. Iklan-iklan mereka mengundang kontroversi, termasuk iklan kader mereka, Adhyaksa Dault. Ada yang saling menggunting?

Pekan ini, iklan Sumpah Pemuda yang dilakukan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault dikritik Pemuda Muhammadiyah. Bahkan Ketua Pemuda Muhammadiyah, Muhammad Izzul Muslimin melaporkan Adhyaksa ke Bawaslu pada Kamis (13/11).

Alasan Izzul, Adhyaksa dinilai memanfaatkan fasilitas negara sebagai Menegpora. Adhyaksa adalah kader Muhammadiyah yang bergiat di PKS.

“Saya prihatin. Izzul Muslimin sudah saya anggap adik saya sendiri. Dia sering bertemu saya. Kadang saya berpikir, apa maunya. Bukankah saya juga kader Miuhammadiyah, tapi kenapa dia tega melakukannya,” kata Adhyaksa kepada INILAH.COM, Jumat (14/11).

Para pengamat dan aktivis PKS mengingatkan Izzul bahwa Pemuda Muhammadiyah dan organisasi di bawah Muhammadiyah sudah sering memperoleh bantuan dana dari Menegpora. Namun, kenapa begitu tega melaporkannya ke Bawaslu?

Apalagi, Adhyaksa adalah kader Muhammadiyah. Pada akhirnya, kesan yang muncul adalah adanya saling sikut dan saling gunting di kalangan politisi Muhammadiyah yang aktif dan berpencar di berbagai parpol.

“Menegpora beriklan sesuai UU dan aturan yang berlaku. Langkah Pemuda Muhammadiyah itu tidak etis. Atau mungkin ia mencoba memanfaatkan sebagai upaya menarik perhatian,” kata Moh Shofan, seorang pengamat Islam dan politik dari sayap muda Muhammadiyah.

Di kalangan Muhammadiyah, manuver Izzul membuat para kader dan aktivis Muhammadiyah terbelah. Ada yang setuju, tak sedikit yang kontra. Pasalnya, Adhyaksa adalah kader Muhammadiyah.

Tak terima dengan langkah Pemuda Muhammadiyah itu, kalangan PKS membela Menegpora dengan tegas. “Itu hal yang lumrah. Dalam iklan tersebut, Adhyaksa berkapasitas sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga. Jadi, tidak ada masalah,” kata Ketua Fraksi PKS, Mahfudz Siddieq.

Kemenegpora merupakan kementerian negara yang berkepentingan soal kepemudaan. Apalagi, acara perayaan Sumpah Pemuda yang diselenggarakan Adhyaksa dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Seharusnya, Pemuda Muhammadiyah juga menggugat menteri yang berasal dari parpol lain seperti, Mendiknas Bambang Sudibyo yang dari PAN dan Menteri UKM dan Koperasi Suryadarma Ali (PPP).

“Kalau perlu sekalian menteri yang orang partai digugat, biar bareng-bareng. Jadi Muhammadiyah jangan diskriminatif, hanya karena PKS saja,” pungkas Mahfudz.

PKS memang proaktif dalam beriklan belakangan ini dengan maksud memikat publik. Berdasarkan teori Sean Covey dalam bukunya The 7 Habbits of Highly Effective Teens yang menyingkapkan pentingnya sikap proaktif dan kreatif, PKS sebagai partai Islam diperhitungkan akan menuai kesuksesan di Pemilu 2009 dan masa-masa yang akan datang.

Teori Sean Covey memang bersifat umum. Artinya, siapapun bisa dan berhak untuk sukses asal memenuhi ‘hukum sukses’ Sean Covey. Dan para analis politik melihat PKS sudah memenuhi kualifikasi itu.

Serangan atas iklan Adhyaksa adalah kecemburuan lain atas manuver Adhyaksa yang politisi PKS. Padahal, Menegpora tidak beriklan politik sebagai anggota PKS, melainkan untuk bangsa ini sesuai peran dan fungsinya sebagai Menegpora, sebuah jabatan publik yang mesti mementingkan urusan masyarakat. [I4]

Keluarga Pahlawan Sambut Manuver PKS

INILAH.COM, Jakarta – Partai Keadilan Sejahtera bermanuver lagi. Sementara kecaman terhadap iklan politiknya belum reda, parpol Islam itu berencana menggelar dialog dengan keluarga para pahlawan nasional dalam forum silaturahmi.

Sejumlah nama yang terdaftar dalam undangan silaturahmi PKS yang akan digelar dalam waktu itu antara lain adalah Bambang Sulistomo, Meutia Hatta, Ferhath Nauzil Nazief (cucu KH Ahmad Dahlan), Agustanzil Sjahroenzah (cucu KH Agus Salim), Bugiakso (putra Panglima Besar Sudirman), dan Cahyo (putra Jenderal Gatot Subroto).

Beruntung, gayung pun bersambut. Manuver politik PKS menjelang Pemilu 2009 itu ditanggapi positif oleh salah seorang putra pahlawan nasional Bung Tomo, yaitu Bambang Sulistomo. "Saya akan hadir memenuhi undangan PKS," kata Bambang di Jakarta, Jumat (14/11) malam.

Bambang memuji rencana PKS itu sebagai sebuah gagasan cemerlang, karena dapat memanfaatkan momentum peringatan Hari Pahlawan 10 November dan dapat mengobati kerinduan masyarakat terhadap nilai-nilai patriotik dari para pahlawan di tengah krisis multidimensi saat ini.

Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) dari Partai Aliansi Demokrasi Indonesia (PADI) itu berharap acara itu dapat dijadikan tolok ukur bagi bangsa ini untuk kembali merefleksikan dan mengingat nilai perjuangan para pahlawan.

Ia tidak menutup kemungkinan bahwa rencana PKS itu memiliki agenda politik dan partai politik memang perlu jeli dalam memanfaatkan momentum.

Namun, Bambang yang sudah pensiun dari dunia politik itu menilai rencana PKS wajar bahkan positif bagi bangsa ini agar bisa mengambil hikmah perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan. [*/P1]

Sadar Berkat Iklan PKS

PKS diserang dari berbagai golongan terkait dengan iklannya yang dikatakan ‘menjual’ nama para pahlawan. Beberapa di antaranya menuduh PKS telah mempolitisir para pahlawan untuk kemenangan sesaat.

Benarkah tuduhan itu? Jawabannya adalah tergantung siapa yang ditanya. Bagi para elit yang kecolongan mungkin iya, tapi bagi masyarakat bawah mungkin tidak. Karena mereka bisa mengambil manfaat dan ilmu dari iklan itu.

Bagi saya, saya tidak peduli para pahlawan diduga dipolitisir atau tidak, yang jelas bahwa iklan itu bermanfaat dan mengandung ilmu sehingga kita makin cinta pada para pahlawan setelah memahami pemikiran mereka.

Para pahlawan sekarang ini jarang sekali disinggung, mereka dilupakan apalagi diikuti dan dilanjutkan pemikirannya. Saya kaget dan termenung melihat iklan PKS di tivi. Saya baru tahu bahwa pemikiran para pahlawan begitu luhur dan layak ditiru.

Selama ini di sekolah kita menghafal para pahlawan sekadar dari mana asalnya, berjuang tahun berapa, dan seterusnya sekadar untuk ujian, namun tidak kepada pemikirannya yang luhur dan bermanfaat.

Oleh karenanya saya baru sadar, baru ngeh ternyata, Soekarno pernah mengatakan "Aku adalah budak bagi rakyatku sendiri", KH Ahmad Dahlan pernah mengingatkan bahwa Pemimpin itu sedikit bicara tapi banyak bekerja, KH Hasyim Asyari pernah menasehatkan bahwa pemimpin jangan hanya memberikan jargon kosong tanpa bukti nyata, dan M Natsir mengimbau Pemimpin harus jujur mau menerima kritik dan saran.

Selama ini hanya gambar mereka yang dipajang sebagai hiasan yang lama kelamaan makin tua dan berdebu.

Saya salut dengan PKS. Kalau PKS tidak mengiklankan para pahlawan itu, mungkin sampai saat ini saya tidak tahu pemikiran besar mereka, pemikiran yang kini sangat diperlukan untuk melahirkan pemimpin Indonesia yang lebih baik.

Beberapa kelompok yang mengaku dilahirkan dari para pahlawan itu tidak pernah memberikan apa cita-cita besar pendirinya, tidak ada sharing pemikiran besar para pahlawan yang telah melahirkannya.

Meski orang tua dan Mbah saya adalah orang NU, namun saya tidak menyalahkan mereka ketika mereka tidak menjelaskan tentang pemikiran besar KH Hasyim Asyari, karena mereka mungkin juga tidak mengetahui karena tidak pernah sekolah. Sekarang saya makin cinta kepadamu para pahlawan.

Oleh karena itu, saya berterima kasih pada PKS, partai cerdas. Berkat Anda, kini aku tahu pemikiran besar para pahlawan bangsa.

Sayangnya di iklan kedua Anda, hanya gambar-gambarnya saja yang ditonjolkan. Untuk seterusnya, buktikan bahwa Anda memang konsisten mendidik dan menjadi guru masyarakat dan mungkin juga guru bagi partai lainnya.

Zamkofa Anwar, zamkofa@gmail.com

Rabu, November 12, 2008

Iklan PKS Kembali Menuai Kontroversi

Liputan6.com, Jakarta: Iklan kampanye politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kembali menuai kontroversi. Kali ini sosok mantan Presiden Soeharto dimunculkan sebagai figur pahlawan dan guru bangsa. Padahal hingga kini sosok Soeharto termasuk tokoh yang banyak mengundang perdebatan.

Saat ditemui SCTV, Rabu (12/11), Anis Matta, Sekretaris Jenderal PKS sekaligus Ketua Tim Pemenangan Pemilu 2009 membeberkan alasannya. "PKS ini partai dakwah. Tujuan kami melakukan perubahan. Perubahan hanya mungkin dilakukan jika kita tidak punya dendam dengan masa lalu," kata Anis Mata.

Pengamat politik menilai iklan yang mencomot gambar Soeharto ini sebagai langkah strategis mendulang suara di pemilu nanti. Sementara Praktisi periklanan menganggap iklan PKS sebagai manuver politik yang jitu. "Mereka [PKS] cerdas memanfaatkan suatu yang tak dilirik sama partai lain," kata Ndang Sutisna, praktisi periklanan.

Sosok mantan penguasa Orde baru ini memang sarat muatan politik. Namun makin sering iklan PKS diperbincangkan semakin banyak partai yang berlandaskan Islam ini menangguk keuntungan dengan segala pro dan kontra di balik sosok Soeharto.(JUM/Bimo Cahyo dan Johny Marcos)