Rabu, Desember 24, 2008

Bisakah Kita (Ummat) Bersatu?

Menyambut Tahun Baru 1430 Hijriyah
Oleh: TIFATUL SEMBIRING
PRESIDEN PKS

Tahun baru hijriyah diyakini banyak pemikir Islam sebagai tahun kebangkitan Islam, bahkan menjadi titik balik kemenangan perjuangan Rasulullah saw. dan para shahabat. Setiap tahun kita memperingati tahun baru Islam ini, namun sudahkah secara substansial ada pencerahan di tubuh ummat dengan berlalunya tahun baru demi tahun baru? Sudahkah semangat energizing berhasil kita serap dari momentum yang menjadi titik balik kemenangan tadi…?. Masih banyak permasalahan ummat yang belum tuntas kita upayakan solusinya, termasuk masalah persatuan ummat dan pemunculan sosok-sosok pemimpin yang berkualitas.

Perpecahan selalu membawa malapetaka dan kerusakan besar di tengah-tengah ummat. Kurang percayakah kita? Kurang yakinkah kita setelah demikian banyak bukti sejarah memberi pelajaran? Perpecahan, perselisihan di perang Uhud misalnya, mengakibatkan gagalnya kemenangan yang semula sudah diraih. Rasulullah saw. tembus di pipinya karena dilempari dengan pecahan besi, yang ketika dicabut menyebabkan dua gigi beliau patah. Bahkan ketika para sahabat memapah beliau ke tempat yang lebih tinggi, Rasulullah saw terperosok ke dalam lubang jebakan yang berisi senjata tajam, sehingga paha beliau sobek dan jatuh pingsan karena begitu banyaknya darah yang keluar.

Kurang yakinkah kita akan efek dari perpecahan? Tengoklah perang Shiffin yang disebabkan oleh konflik antara Ali dan Mu’awiyah. Perang yang menelan korban 80.000 muslimin. Sebuah tragedi kelam dalam sejarah Islam. Belum paham jugakah kita bagaimana pedihnya perpecahan? Di Iraq, ratusan orang menjadi korban ketika kaum Syi’ah menyerang kaum Sunniy. Selanjutnya kaum Sunniy menyerang kaum Syi’ah sehingga meninggal pula sejumlah orang, dan seterusnya tak berkesudahan. Padahal sunniy bukanlah musuh syi’ah dan syi’ah bukanlah musuh sunniy? Musuh mereka adalah sang penjajah Amerika.
Belum sadarkah kita tentang apa yang terjadi di Palestina? Ketika Presiden Palestina—Mahmud Abbas—berkunjung ke Indonesia dan mengundang untuk berdiskusi, dengan tegas saya sampaikan kepada beliau, bahwa bangsa Palestina tidak akan meraih kemenangan kecuali mereka bersatu melawan Israel.
Benarlah kata Imam Ali dalam pesannya, “Kebenaran yang tidak terorganisir akan dapat dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir”.

Sesungguhnya modal kita untuk bersatu sangat sederhana. Ialah ketika kita sepakat untuk mengucapkan “Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadurrasulullah”. Bagi kami, ketika seseorang menyatakan komitmennya untuk taat pada Allah dan Rasul-Nya, cukuplah itu. Soal fiqh, furu’, cabang-cabang, pendapat, mari kita bicarakan, mari kita diskusikan, mari kita perdalam. Wong niatnya sama-sama mau masuk surga kok, kenapa harus cek-cok?


TANTANGAN & VISI KE DEPAN

Sebetulnya apakah persoalan pokok ummat? Agenda mendesak apa yang perlu kita selesaikan bersama? Hal terberat yang sedang dihadapi ummat kini adalah kemiskinan, yang nyaris mendekatkan mereka kepada kekufuran. Ada beberapa contoh kasus, di Bandung misalnya, seorang Ibu(berkerudung pula) sampai hati membunuh anaknya karena khawatir anak-anaknya miskin. Juga di Makassar, seorang Ibu yang sedang hamil meninggal karena kelaparan. Tiga hari dia tidak makan, demikian pula anak-anaknya.
Kelemahan ekonomi ummat adalah penyebabnya. Hingga saat ini kemampuan ummat untuk berekonomi belumlah memadai. Bagai menjadi budak di negeri sendiri. Baik dari sisi akses terhadap sumber daya maupun skill-nya. Ekonomi masih dikuasai oleh sistem, konvensional ribawi. Lalu datanglah krisis ekonomi, masalah semakin berat. Akibatnya langsung dapat dilihat. Untuk menyelamatkan keluarga, para gadis dan ibu-ibu berangkat menjadi TKW diluar negeri. Dimana ‘izzah ummat ?, martabat bangsa. Begitu kerap kita mendengar kasus-kasus yang menyayat hati: ada yang diperkosa, dihukum mati, ada yang terjun dari tingkat empat lantaran tidak tahan disiksa majikan. Dan kita tidak mampu melindungi mereka.
Masalah moral juga menorehkan catatan menyedihkan. Kita dapati tokoh-tokoh muslim yang namanya seperti nama Nabi, seperti gelar Nabi, seperti nama orang sholeh namun ditangkap KPK. Mereka menjadi harapan ummat, menyandang nama terpercaya, namun ternyata korupsi. Seberapa kuatkah komitmen moral kita? Moral Islam.

Agenda berikutnya adalah pendidikan. Soal penyiapan SDM unggul, yang dapat diandalkan menjalankan roda pembangunan ummat. Apalagi persiapan kepemimpinan nasional dimasa mendatang. Sekarang saja, bangsa besar ini seperti kebingungan mencari calon pemimpinnya. Kita masih saling bertanya satu sama lain, padahal kita berdoa “waj’alna lil muttaqiina imaman”. Kita mohon pada Allah swt. agar menjadikan anak-anak kita sebagai pemimpin orang-orang bertaqwa.
Memang kita memiliki banyak pesantren. Namun setelah kami riset, pesantren-pesantren tersebut dapat kita bagi dalam dua kategori. Kategori pertama adalah pesantren yang memiliki metode pengajaran dan kurikulum bagus, namun sarananya amat memprihatinkan. Di sebuah pesantren kami pernah menemukan sebuah ruang 3x4 m2 yang dihuni oleh 30 anak. Sanitasinya tidak terawat, bak penampung air mandi yang tak pernah diganti sehingga menyebabkan penyakit kulit. Bahkan ada sebuah pemeo, tidak sah menjadi santri kalau tidak kudisan.
Kelompok kedua adalah pesantren yang memiliki sarana bagus, namun kurikulumnya tidak memiliki keunggulan. Penyiapan kwalitas SDM ummat ini perlu pembenahan, dengan sinergi dan persatuan dan keuatan bersama tentunya.


SIAPA YANG HARUS BERBUAT?

Dalam konteks ummat Islam Indonesia setiap orang tentu merujuk kepada NU dan Muhammadiyyah dengan segenap elitenya. Pertanyaannya adalah, bisakah kita menurunkan tensi jurang pemisah. Saling adzillatin, menjalin tali asih. Saling merendah dan bukannya saling gengsi. Bisakah kita sesama ummat BERHENTI saling mencurigai(su’uzhan), saling mengintai(wa laa tajassasu), saling membelakangi dan saling menggunjing(ghibah). Kita membutuhkan persatuan dalam kesejukan ikatan kasih sayang persaudaraan. Bila bersatu, maka kita akan kuat dan insya Allah sanggup untuk menghadapi kekuatan kebathilan apapun bentuknya.

Sangat mungkin dan sangat layak ummat ini bersatu. Pak Din, Pak Hasyim dan Pak Hidayat—tokoh-tokoh harapan ummat--sama-sama alumni Gontor dan sama-sama menduduki posisi strategis. Dengan seringnya tokoh-tokoh yang dicintai ummat ini bersilaturahim, syak wasangka akan terhapus, keakraban akan kian kokoh dan berbagai pemikiran untuk kemajuan ummat dan bangsa akan mengalir deras. Terbayang betapa bahagia dan sejuknya hati ummat menyaksikan para pemimpinnya kokoh bersatu. Sesuatu yang sudah amat kita rindukan.

Tak ada ghill secuilpun dari kami terhadap NU dan Muhammadiyyah. Kami tidak memiliki rencana negatif apapun terhadap saudara-saudara kami NU dan Muhammadiyyah. Kami bergerak di ranah politik, sama dengan saudara-saudara kami parpol Islam lainnya. Membenahi eksekutif dan legislatif, mengadvokasi ummat di ranah pembuatan kebijakan publik. Bila perjuangan di ranah politik ini mendapat dukungan dari saudara-saudara kami yang lain, khususnya ormas-ormas, tentu kita akan memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.
Demikianlah harapan kita, ummat ini menjadi kuat, karena kita saling merunduk, saling merangkul, bagaikan satu tubuh. Sehingga kita (ummat) ini bisa dan harus bersatu untuk maju. Selamat Tahun Baru 1430 Hijriyah !

Rabu, Desember 17, 2008

PKS Bantu Korban Aksi Pembakaran

INILAH.COM, Depok - Dewan Pimpinan Daerah PKS Kota Depok memberikan bantuan kepada para korban yang rumahnya menjadi sasaran pembakaran orang tak dikenal. Bantuan ini diberikan sebagai wujud solidaritas dan keprihatinan pengurus PKS atas nasib korban.

"Kami memberikan bantuan uang tunai kepada para korban," kata Ketua DPD PKS Kota Depok Mujtahid Rahman Yadi, di Depok, Rabu (17/12) petang.

Pengurus PKS Depok langsung memberikan bantuan uang tunai kepada keenam korban pembakaran, khususnya terhadap mantan ketua DPR atau ranting PKS kelurahan Kemiri Muka, Agus Purwanto, yang rumahnya paling parah mengalami kerusakan.

Menurut Yadi bantuan tersebut merupakan wujud simpatik dan keprihatinan yang dialami para simpatisan dan kader atas kasus pembakaran oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Ia mengatakan, untuk meringankan beban penderitaan para simpatisan dan kader, para kader PKS Depok akan melakukan aksi gotong royong pada Minggu (21/12). "Para kader akan memperbaiki kerusakan yang dialami seperti mengecat kembali tembok dan memperbaiki kerusakan listrik," katanya.

Kantor DPD PKS Kota Depok di Jalan Beringin, Margonda Raya dan enam rumah anggota dan simpatisan PKS, di Jalan Ciliwung, Margonda Raya, Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat dibakar oleh orang yang tidak dikenal.

Seperti diberitakan, Kantor DPD PKS Kota Depok dibakar pada Sabtu (13/12) sekitar pukul 10.00 WIB. Akibat terbakarnya kantor tersebut sebanyak 150 buah atribut parpol berupa bendera musnah, dan kusen ruangan, dinding ruang rapat PKS, serta alat pendingin ruangan rusak terbakar.

Aksi pembakaran tersebut terjadi kembali pada Senin (15/12) pukul 04.00 WIB, di Jalan Ciliwung. Tempat pertama adalah dua warung kelontong milik simpatisan PKS, milik Arjun Nasution dan Didi.

Selanjutnya adalah rumah mantan Ketua Dewan Pimpinan Ranting (DPRA) Kemiri Muka, PKS Kota Depok, Agus Purwanto dan rumah mantan anggota DPR-RI tahun 1999-2004, Abdul Rokib juga tidak lepas dari aksi tersebut.

Rumah lainnya yang dibakar adalah rumah milik dua kader PKS yang tidak jauh dari rumah Ketua DPD PKS Kota Depok tersebut. Aksi pembakaran tersebut dilakukan secara bersamaan pada subuh.

Lebih lanjut Yadi mengatakan setelah kejadian tersebut banyak kader dan pengurus partai yang menanyakan kronologis kejadian. "Saya memberikan penjelasan secara rinci kepada para kader PKS dari daerah lain," katanya.

Dikatakannya para pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Jawa Barat dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS juga banyak menanyakan kejadian tersebut. "Saya sudah kirimkan laporan kronologis kepada DPW dan DPP PKS, termasuk analisa-analisa kejadian," ungkapnya.

Yadi juga mengimbau para kader dan simpatisan untuk bersikap sabar dan tetap tenang menghadapi kasus tersebut. "Jangan sampai kita terpancing dengan adanya kasus tersebut, sehingga bisa memperkeruh suasana," katanya.

Untuk mengungkap kasus tersebut pihaknya masih memperdalam saksi-saksi yang melihat secara langsung kejadian tersebut, namun informasi yang diperoleh masih terlalu minim.

"Perlu mendapat informasi tambahan yang lebih lengkap agar kasus tersebut bisa terungkap," harapnya.

Aparat kepolisian Kota Depok mengamankan seorang wanita yang diduga melakukan pembakaran, dan memeriksanya secara intensif. namun wanita tersebut diduga tidak waras karena ketika ditanya jawabannya selalu tidak logis.

Yadi pun menyangsikan kasus pembakaran tersebut dilakukan orang yang tidak waras, karena tidak mungkin wanita tidak waras melakukan pembakaran di enam titik secara bersamaan. [*/P1]

PKS Ragukan Survei LSN

Abdullah Mubarok
Tifatul Sembiring
(inilah.com/ Raya Abdullah)

Dikatakan telah terjadi pergeseran ideologi, PKS malah meragukan survei LSN. Seharusnya PKS berada di urutan ketiga di bawah partai Golkar dan PDIP.

"Saya ragukan hasilnya itu karena agak berbeda dengan survei-survei yang menempatkan PKS di urutan ketiga," kata Presiden PKS Tifatul Sembiring saat dihubungi INILAH.COM, Jakarta, Kamis (18/12).

Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry mengatakan kecenderungan pragmatisme yang dikembangkan PKS belakangan ini tampaknya dapat menjadi bumerang bagi ambisinya untuk menjadi partai papan atas. PKS pada Pemilu 2004 meraih 8.325.020 suara atau 7,34 persen dan menempatkan 45 wakilnya di DPR. Tahun 2009, diperkirakan tidak akan memperoleh suara di atas 10 persen (17/12).

Dengan begitu, PKS yang semula diperkirakan banyak pengamat dapat menjadi penantang serius bagi Partai Demokrat, PDIP dan Partai Golkar, terpaksa harus mengubur ambisinya.

Tifatul mempertanyakan pragmatisme seperti apa yang dimaksud oleh Umar S Bakry. Sampai saat ini, PKS tidak pernah tidak pernah berubah sebagai partai dakwah yang berasaskan syariat Islam.

"Pragmatisme itu kan berhubungan dengan materi. Jika kita dikatakan pragmatis karena pemberian gelar kepada mantan presiden Soeharto, hal itu tidak benar. Masak kita nggak boleh peringati hari Pahlawan," paparnya. [bar]

Selasa, Desember 09, 2008

PKS dan Bonsai Politik

Awalnya ada sedikit keraguan tentang ketulusan PKS dalam berpolitik. Dengan tanggapan saudara I Made Artjana dan Ijul Chaniago di inilah.com dan beragam tanggapan yang masuk ke saya lewat email memaksa saya untuk mempelajari platform PKS yang bisa dilihat di website www.pks.or.id.

Membaca platform PKS, rasanya memang agak lain daripada yang lain. PKS terlihat serius dan lebih siap untuk merenovasi rumah besar Indonesia yang hampir roboh. Sebuah karya yang terlihat digarap sangat serius dari berbagai latar disiplin.

Dialog panjang Soekarno-Natsir, buku Di Bawah Bendera Revolusi dan referensi lain yang membahas tentang nasionalisme dan agama dalam beberapa hal, rasanya menjadi kurang relevan untuk memotret 'tingkah polah' PKS. PKS agak sulit dipetakan dalam dikotomi agama dan nasionalis. Bahkan tak kurang pengamat gaek Arbi Sanit pun kebingungan mengidentifikasikan PKS masuk aliran mana. Mungkin ini varian baru dalam peta politik Indonesia.

PKS tidak mau mengikuti rumusan baku agama versus nasionalis. Paradigma lama nasionalis yang 'anti' agama atau partai agama yang tidak nasionalis agaknya memang harus direvisi.

PKS telah mendobrak tidak hanya paradigma dan diskursus nasionalisme, tetapi juga menunjukkan secara nyata penerapan nasionalisme itu sendiri.

Pot bonsai bernama partai agama rupanya hendak dipecahkan oleh PKS. Tentu saja ini tidak mudah, tetapi semuanya sudah dimulai. Ibarat bayi ayam yang akan lahir dan tumbuh besar harus memecahkan selaput keras bernama cangkang telur. Pot bonsai bernama agama itu mulai dipatuk-patuk oleh bayi PKS untuk tumbuh besar meraksasa.

Memang pilihan yang cukup dilematis. Kalau ingin indah dan dipuji-puji banyak orang, tetaplah menjadi bonsai dan menjadi pajangan di banyak event seminar dan keramaian. Tetapi jika ingin besar dan menghasilkan buah, harus siap berhadapan dengan beribu tantangan. Udara luar yang tidak bersahabat, ulat, kutu dan tangan-tangan jahil yang siap menghadang laju berkembangnya pohon PKS. Tantangan dari luar dan dalam pastilah ada, dan harus diselesaikan.

Beruntunglah kita menjadi saksi sejarah, berubahnya suatu partai bonsai menjadi pohon raksasa. Sebuah transformasi yang memerlukan energi dan pengorbanan yang berlipat-lipat. Semoga saja pilihan ini benar-benar disadari oleh segenap elemen PKS. Perubahan ini bukan seperti mempersiapkan pisau roti untuk tamasya, tetapi parang untuk membabat semak belukar yang sudah berurat berakar dan saling berjalin kelindan.

Selamat datang PKS. Selamat datang di negeri pelangi. Rasanya kawan-kawan non muslim mulai harus berani mengikis kecurigaan terhadap partai ini sebagaimana keberanian PKS menembus batas. Mungkin kita tidak perlu sinis, bahkan kitapun masih boleh berharap dan berdoa semoga Tuhan memberkati.

Yacobus Meliala, y.meliala@gmail.com